Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Kisah Ida Ayu, Warga Karanganyar Jualan Cilok Untuk Biaya Sekolah dan Bertahan Hidup



Nama Ida Ayu Riski Susilowati mendadak viral di media sosial. Pasalnya, saat anak seusianya sibuk bermain dengan gadget serta teman sebayanya, Ida Ayu—sapaan akrabnya—justru sibuk berjualan cilok.

Yang membuat terenyuh, setiap harinya cilok dagangannya itu dia bawa ke sekolah. Saat jam istirahat, Ida justru memanfaatkan waktu yang hanya 15 menit itu untuk berjualan cilok di lingkungan sekolah.

Dari hasil berjualan cilok itulah, gadis yang masih duduk di kelas XII SMK Bhakti Karya Karanganyar ini bisa menghidupi dirinya bersama satu adiknya di rumah peninggalan sang nenek di Desa Kebonagung Kulon RT 6/ RW 6, Suruh- Tasikmadu, Karanganyar.

Saat Media menyambangi sekolah tempat Ida Ayu menimba ilmu, kebetulan dia tengah tidak membawa cilok dagangannya. Ida Ayu mengaku hari ini dirinya tidak berjualan karena kecapekan.

"Saya capek banget hari ini. Jadi, hari ini saya tidak berjualan," papar Ida Ayu, anak ketujuh dari sepuluh bersaudara mengawali pembicaraannya ke awak media, Senin (22/10/2018).

Ia mengatakan kini hanya tinggal berdua dengan adiknya di rumah neneknya. Sudah dua tahun Ida Ayu tinggal di rumah neneknya.

Sejak ayahnya meninggal dunia dan ibunya memutuskan tetap tinggal dan bekerja di Bekasi, dirinya bersama adik bungsunya memilih tinggal bersama neneknya di Karanganyar
Namun, takdir bicara lain. Nenek Ida Ayu tak lama kemudian juga meninggal dunia.

Sejak saat itulah, siswa SMK jurusan Akuntansi kelas XII ini harus berjuang keras untuk meraih mimpinya.

Perjuangan itu selalu dilaluinya sejak pukul 02.00 WIB. Di saat semua anak masih terlelap dalam mimpi, Ida Ayu harus bangun di pagi buta untuk menyiapkan cilok dagangannya.

"Setiap pagi pukul 02.00 saya harus bangun, bikin cilok. Setelah selesai menyiapkan sarapan, baru mandi dan berangkat sekolah," papar Ida.

Rasa kantuk, lelah, dan berkeringat tidak dihiraukannya. Dengan mengayuh sepeda berwarna biru dan membawa gerobak ciloknya, Ida Ayu berangkat ke sekolah dengan dua tujuan, yaitu mencari ilmu dan dan berdagang untuk mencari rejeki.

Jarak tempuh sekolah dan rumahnya sekitar 10 kilometer. Aktivitas tersebut dilakoninya hampir setiap hari.

Dalam sehari, setidaknya Ida Ayu bisa mengantongi uang Rp30 ribu. Sebagian ditabung, sebagian untuk makan dan sekolah.

Untuk makan sehari-hari, terkadang dirinya memasak, membeli di luar, atau diberi oleh kerabatnya.

"Sudah setahun ini saya jualan cilok untuk biaya hidup dan sekolah saya dan adik. Dulu masih ada nenek, sekarang sudah meninggal," ucapnya.
Saat ditanya apakah Ida Ayu merasa malu sekolah sambil berjualan, dirinya dengan tegas sampaikan tidak ada rasa malu.

Bahkan sejak SMP saat masih tinggal di Bekasi, anak ketujuh dari 10 bersaudara itu sudah kerja paruh waktu sebagai cleaning service di salah satu pusat perbelanjaan besar di Bekasi.

"Dulu pernah juga kerja jadi cleaning service paruh waktu dengan gaji Rp500 ribu per bulan," ungkapnya.

Sementara itu, wali kelas Ida Ayu, Henri Kismita menyampaikan, muridnya tersebut termasuk anak yang pandai. Ia masuk peringkat 10 besar di kelasnya. Semangat juangnya juga tinggi, dia ingin prestasinya sama seperti yang lain. Dulu saat kelas 2 sempat dia mau putus sekolah karena tidak ada biaya.

"Sempat dia cerita ingin keluar karena tidak ada biaya. Namun saya katakan perjuangan dia sudah sangat jauh, sayang kalau harus berhenti di tengah jalan," jelas Henri Kismita.


Bahkan dirinya sempat terharu saat Ida Ayu menanyakan apakah boleh sekolah dahulu kemudian membayar sekolahnya ketika sudah lulus dan bekerja.

Untungnya, beberapa waktu lalu sempat dapat bantuan beasiswa PIP sebesar Rp1 juta yang digunakan untuk membayar biaya sekolah.

"Yang membuat saya terenyuh dia sempat bilang, boleh enggak bayarnya nanti setelah saya kerja. Nanti saya balik lagi untuk bayar biayanya," ucap Kismita menirukan ucapan sang murid.

Kismita juga sampaikan Ida Ayu sebelumnya untuk berangkat sekolah harus berjalan kaki, baru belakangan hari menggunakan sepeda sambil membawa dagangan.

Bahkan gerobak kaleng yang digunakan juga dibuatnya sendiri untuk menghemat biaya.

Sejak menjadi viral di medsos, banyak sekali tawaran yang datang pada Ida Ayu untuk bekerja. Namun, kecintaannya untuk berjualan cilok, membuat gadis ini tak langsung menerima tawaran tersebut.

Post a Comment for "Kisah Ida Ayu, Warga Karanganyar Jualan Cilok Untuk Biaya Sekolah dan Bertahan Hidup"